30 Apr 2012

Cemburu Itu Tanda Cinta

www.wawasanislam.com




Siang itu salah seorang isteri Rasulullah Saw menghadiahkan semangkok roti dicampur kuah kepada beliau. Rasulullah saw saat itu sedang berada di rumah Aisyah ra. Tanpa diduga Aisyah menepis tangan pembantu yang membawa mangkok berisi roti tersebut, sehingga mangkok itupun jatuh dan pecah. Melihat kejadian itu, Rasulullah saw pun bergegas memunguti roti yang tumpah itu dan meletakkan kembali di atas mangkok yang lain seraya berkata, “Pergilah. Ibu kalian sedang cemburu.”
Kaldu yang penuh dengan rasa rindu itu seperti tersayat sembilu. Jiwanya yang penuh dengan cinta terluka. Rasa cemburu memenuhi kalbu mengusir rindu. Rasa cemburu memenuhi ruang-ruang jiwa menepikan cinta. Sebagaimana manusia biasa Aisyah tak kuasa membendungnya. Ia tak mampu menahan rasa cemburu yang mengalir deras menerpa jiwanya.
Cemburu yang mendera jiwa adalah fitrah. Cemburu bisa melanda jiwa semua manusia. Ia tak bisa dihilangkan termasuk oleh wanita mulia sekelas Aisyah sekalipun. Cemburu biasanya bermula dari cinta yang membara. Bila dikelola dengan baik, cemburu bisa menyebabkan cinta terus menyala. Cemburu membuat kita dapat merasakan indahnya cinta. Karena cemburu adalah tanda cinta. Cinta sejati selalu membuat pemiliknya tak rela belahan jiwanya bergerak ke lain hati. Demikian pula dengan cinta milik wanpita. Bahkan wanita senantiasa menginginkan cinta yang utuh. Wanita selalu mengharapkan cinta tanpa sisa.
Hati ibunda Sarah pun pernah didera rasa cemburu. Setelah sekian tahun merajut cinta, nabi Ibrahim as dan ibunda Sarah tak kunjung dikaruniai buah hati. Karena itu ibunda Sarah meminta sang belahan hati untuk melabuhkan bahtera cintanya pada jiwa dan raga Hajar, budak setia mereka berdua. Namun saat Hajar melahirkan buah cinta untuk nabi Ibrahim, rasa cemburu menyeruak masuk kedalam hati ibunda Sarah. Sehingga walau ia yang menghadiahkan Hajar untuk sang suami tercinta, Sarah tak kuasa membendung rasa cemburu yang menerpa jiwanya. Sarah tak rela nabi Ibrahhim as berbagi cinta di hadapan jiwanya. Karenanya nabi Ibrahim as kemudian memindahkan Hajar ke Mekkah.
Hati dan jiwa lelaki pun tak suci dari rasa cemburu. Bahkan rasa cemburu adalah ciri cinta milik pria sejati. Lelaki sejati akan senantiasa memendarkan cahaya cinta yang menerangi pelabuhan cintanya hingga tak akan pernah menerima bahtera cinta yang lain. Ia akan selalu menjadi sandarann hati sang isteri hingga tidak akan pernah ada sisa cinta untuk laki-laki yang lain. Karenanya rasa cemburu akan segera memenuhi relung-relung hatinya saat ia merasa ada yang mengusik belahan jiwanya.
Rasa cemburu yang menderu itulah yang menyebabkan Umar bin Khatthab ra tak berkenan isterinya sholat berjamaah di masjid. Hatinya tak kuasa melihat lelaki lain memandangi wanita yang dicintainya itu. Melihat wajah masam sang suami, isteri mulia itupun berkata “Kalau memang engkau tak berkenan aku sholat berjamaahh di masjid, aku tidak akan melakukannya lagi.” Namun Umar terdiam seribu bahasa karena ia mengetahu bahwa Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kalian menghalangi hamba-hamba Allah yang wanita untuk mendatangi masjid-masjid Allah.”
Mengingat rasa cemburu adalah salah satu tabiat kemanusiaan kita, ia tidak akan bisa dihilangkan dari dalam jiwa kita. Kita tak mungkin menghapusnya dari dalam hati kita. Dengan demikian kita harus mengelolanya. Kita harus menjadikan rasa cemburu itu menyebabkan cinta kita kepada belahan jiwa kita terus menyala-nyala. Rasa cemuburu itu harus mampu membuat kita merasakan indahnya bercinta dengan kekasih kita. Belahan hati kita harus mengerti bahwa kecemburuan kita padanya adalah buki cinta sejati kita kepada dirinya.

2 komentar:

  1. ternyata seperti itu ya, baru tau nih, penjelasannya mantab sob, thx

    BalasHapus
  2. sama sama sobb,,,,
    semoga bisa membantu,,,,,,

    BalasHapus

Berkomentarlah yang baik.